ORANG yang berambisi adalah orang yang malas mengatakan saya tidak bisa.
Betapa banyak orang yang menganggur. Padahal mereka orang yang memiliki pendidikan tinggi.
Sekolah Dasar (SD) 6 tahun. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 3 tahun. Sekolah Menengah Atas (SMA) 3 tahun. Kuliah 4 sampai 7 tahun.
Menempuh pendidikan selama 16 sampai 19 tahun, tapi masih susah mencari pekerjaan. Bahkan tidak jarang ditemui sarjana yang masih kekanak-kanakan.
Perlu dipertanyakan apakah sistem pendidikan, tenaga pendidik, peserta pendidik, ataukah kurikulum pendidikan yang salah?
Ada banyak orang yang tidak menempuh pendidikan. Tetapi kadang banyak ditemui yang memiliki pemikiran sarjana. Bahkan ada yang tidak memiliki ijazah tetapi sering di sebut profesor.
Ada banyak orang yang hanya menempuh pendidikan di SD dan SMP, tetapi memiliki kapasitas dan pemikiran yang luar biasa. Salah satu menteri di Indonesia memiliki pendidikan terakhir di SMP.
Yah betul. Menteri Perikanan dan Kelautan. Susi Pudjiastuti.
Mereka memiliki pemikiran yang jauh lebih cerdas dibandingkan dengan orang (sebagian) yang memiliki pendidikan tinggi hingga profesor sekalipun.
Itu dari segi pikiran. Dari segi keterampilan juga banyak.
Ada banyak orang yang tidak menempuh pendidikan, tetapi memiliki keterampilan yang luar biasa.
Ada banyak orang yang tidak memiliki tangan, tetapi mampu melukis, bahkan mengalahkan orang yang sempurna dan telah melewati pendidikan seni lukis misalnya.
Ada banyak orang yang tunanetra, tetapi mampu berlari, memiliki kemampuan lompat jauh, dan berbagai atletik lain dibanding dengan orang yang sempurna fisik dan telah melewati pendidikan keolahragaan misalnya.
Ada banyak orang yang tunanetra, tetapi mampu menghafal Al-Qur'an 30 juz. Sementara ada (beberapa) yang sempurna fisik, mampu melihat, mampu mendengar, menempuh pendidikan tertinggi, bahkan profesor, tetapi tidak ada satu surah pun yang di hafal.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Orang yang tidak berpendidikan bisa lebih cerdas dan lebih terampil dibanding orang yang berpendidikan.
Jawabannya karena ambisi. Mereka yang memiliki semangat yang tinggi, yang memiliki ambisi cenderung memiliki kemampuan serta kelebihan yang lebih dibanding orang yang berpendidikan, tetapi tidak memiliki motivasi dan ambisi.
Guru/dosen yang datang ke sekolah/kampus hanya mengajar tidak menjadikan siswa dan mahasiswa menjadi cerdas, apalagi kalau mereka tujuan utama mereka untuk mencari uang, bukan mencerdaskan. Guru memiliki tugas mencerdaskan anak bangsa.
Siswa/mahasiswa yang ke sekolah/kampus yang hanya mencari nilai, cukup sekadar absen, atau bahkan tidak masuk kelas, juga susah untuk cerdas. Mungkin mereka memiliki nilai yang bagus, IPK 4,0, tetapi pas selesai, mereka menganggur. Yah jelas menganggur, karena tidak cerdas. Tidak dibutuhkan masyarakat.
Begitupun dengan kurikulum yang hampir tiap menteri, kurikulum diubah. Kurikulum yang satu belum dilaksanakan dengan baik, eh sudah ganti presiden. Ganti menteri. Ganti kurikulum juga.
Bagaimana pendidik dan peserta didik bisa melaksanakan kurikulum dengan sempurna kalau selalu di ubah. Kurikulum tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk memahaminya. Guru baru mulai memahami, eh diganti lagi.
Jika kita hanya berharap pada pendidikan, guru/dosen atau kurikulum, susah untuk menentukan masa depan.
Tetapi jika kita memiliki cita-cita, memiliki motivasi, berambisi, dan berharap sama Allah, pasti masa depan kita cerah. Kita memiliki harapan yang lebih baik di masa depan. Dan perlu diingat bahwa sekolah itu akan kalah dari ambisi.