Foto bersama siswa/i SMK BK Palu angkatan 2015. |
DESEMBER merupakan nama bulan dalam kalender masehi. Waktunya berada di akhir tahun atau sebagai bulan penutup.
Isu-isu agama selalu ramai diperbincangkan di bulan ini. Adanya perayaan natal dan tahun baru jadi perbincangan banyak kalangan.
Ada yang memperbolehkan umat muslim untuk mengucapkan selamat dan ada yang melarang. Dengan dalil merusak akidah.
Setiap akhir bulan Desember, saya selalu teringat dengan masa sekolah di SMK. Bagaimana tidak, waktu itu saya sekolah di SMK Kristen BK Palu yang mayoritas beragama kristen.
Selain peneriaan rapor pendidikan di bulan Desember, saya juga selalu mengikuti natal bersama dengan guru-guru dan siswa di bulan ini.
Dari 200 lebih siswa, saya hanya berdua beragama islam. Saya di Jurusan TKR dan teman saya yang satu, Bustar Bumbungan, di Jurusan TKJ. Di Jurusan TKR sekitar 90 sisa, hanya saya sendiri yang Islam. Sebagian beragama hindu.
Saya masuk di sekolah kristen tersebut karena tidak lulus di SMK Nusantara Jurusan Keperwatan, tempat kakak saya sekolah waktu itu.
Karena tidak lulus, dan saya tinggal bersama orang Toraja, akhirnya diajak untuk masuk di SMK BK. Karena tidak ingin menganggur, akhirnya saya pergi mendaftar di sekolah tersebut.
Awalnya saya merasa sangat tidak nyaman. Karena ketika ingin masuk di kelas, terlebih dahulu ikut beribadah dengan cara mereka.
Ikut tepuk tangan, bernyanyi, dan sebagainya. Begitupun saat proses belajar selesai, semua siswa biston, menyanyi, berdoa, dan bubar dengan mengangkat tangan kanan ke atas sambil mengucapkan Haleluya.
Begitupun dengan setiap hari Sabtu, semua siswa dan guru diwajibkan mengikuti ibadah OSIS sebelum melakukan proses belajar mengajar.
Ada yang pimpin ibadah, yang khotbah, ada yang bersaksi, dan sebagainya.
Selain itu, semua siswa juga diwajibkan aktif dalam kegiatan keagamaan seperti hari raya paska, jumat agung, hingga natal. Raport tidak akan diberikan jika tidak ikut dalam acara malam natal.
Sehingga semasa sekolah, saya tiga kali ikut dalam kegiatan natal sebelum libur. Ikut menyaksikan cara mereka beribadah, dan makan makanan dos yang dibagikan. Tentunya itu halal yang dibeli dari toko makanan yang halal.
Sebuah pengalaman yang baru karena bisa mengetahui cara mereka beribadah. Tetapi soal urusan belajar agama, saya tidak ikut.
Beberapa kali teman saya mengajak untuk ikut saja, terkait jawaban ujian, nanti teman saya yang beri tahu. Tetapi saya tetap tidak mau. Sehingga pada saat mata pelajaran pendidikan agama kristen, saya keluar kelas.
Waktu itu saya belajar di rumah guru agama sepupu saya yang sekolah di SMAN 3 Palu. Sebuah sekolah negeri yang juga diunggulkan di tanah Kaili tersebut.
Dulu, saya sangat jarang mendapat pelajaran agama. Ketika ingin mendapatkan nilai ulangan Agama, saya cukup disuruh mengaji, dan diberi tugas untuk saya kerjakan di rumah. Kadang dibantu dengan sepupu mengerjakannya.
Kini empat tahun sudah berlalu, teman-teman dan guru-guru saya ramai memposting kegiatan mereka di sekolah melalui media sosial.
Acara natalan, serta kumpul bersama. Beberapa pemberitahuan kenangan empat tahun lalu di facebook pun muncul.
Tidak bisa dipungkiri, banyak ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan di sekolah tersebut. Berkat sekolah di SMK terseebut, saya bisa lanjut ke pendidikan tinggi seperti sekarang. (*)