SAYA amat menyadari arti pentingnya pertemanan, persahabatan,
apalagi kekeluargaan. Seperti kata pepatah "Satu musuh terlalu banyak, tapi
seribu teman rasanya masih kurang".
Weekend akhir tahun 2019 ini saya habiskan bersama teman-teman Diklat Jurnalisitik Mahasiswa Tingkat Dasar atau DJMTD LPM Profesi UNM angkatan 2016.
Kami membuat sebuah acara makan-makan atau mappalekko untuk menjaga silaturahmi.
Yah, tiga tahun lalu, LPM Profesi UNM mengadakan DJMTD untuk merekrut anggota baru di lembaga kuli tinta tersebut.
Waktu itu, saya bersama 112 mahasiswa UNM lainnya dari berbagai fakultas yang tidak saya kenal sebelumnya juga ikut dalam kegiatan tersebut.
Melalui kegiatan ini, saya memiliki banyak teman baru. Meskipun hingga tahun 2019, tidak semua memiliki minat di lembaga ini. Satu persatu berhenti di tengah jalan dan memilih berproses di lembaga lain, dan ada juga yang fokus dalam akademik.
Meski tidak bisa bersama hingga selesai, pertemanan tetap terjalin dan akrab. Padahal waktu bersama lalu, kami sering bertengkar, susah sama-sama, belajar begadang, ketemu sama orang lain dan sebagainya.
Agenda ini memang dirancang untuk liburan akhir pekan sekaligus akhir tahun. Tentunya di acara ini kami saling bersilaturahmi, makan-makan palekko, dan bercerita semasa magang.
"Kita mengenang kisah peliputan, rapat, piket, dan kenangan manis di redaksi," kata Nurul Atika yang menginisiasi acara ini.
Tentunya banyak kenangan yang kami cerita. Entah itu kenangan manis maupun kenangan buruk.
Ada yang memiliki kenangan manis seperti dapat odo-odo' baru di Profesi. Ada yang mendapatkan dua pilihan dalam memilih temannya.
Beberapa juga yang sewaktu magang kerjanya hanya mengantar jemput temannya atau senior. Ada sering mojjo dan rela jalan pulang di tengah malam. Ada yang berkelahi gegara orang sama disukanya.
Begitupun saat membagi tabloid di sektor Kampus UNM. Apalagi di Menara Pinisi, mulai lantai 1 sampai lantai 12.
Belum lagi saat dihadapkan dengan kepanitiaan. Di sinilah banyak diantara mereka keluar.
Ketemu pejabat baru, bahkan sampai dekat dengan pejabat, dengan pimpinan LK, dan seterusnya. Tapi sayang dari 112, hanya empat orang yang mampu bertahan hingga sekarang.
Tak lupa kami mengabadikan acara ini dengan foto makanan, minuman, dan foto bersama.
Kini tiga tahun sudah berlalu. Ada yang sudah sarjana, ada yang jadi pemimpin di lembaga lain, ada yang sudah kerja di media umum, ada yang berwirausaha, dan ada yang kerjanya hanya rebahan.(*)