PERNAHKAH anda bertanya kepada seseorang, tetapi orang tersebut malah sibuk dengan smartphone-nya? Orang tersebut lebih asyik bersosial media atau bermain game online, sehingga ia tidak merespon anda sama sekali?
Atau sebaliknya, apakah anda pernah memperlakukan orang lain seperti itu? Mungkin anda sedang mabar, atau memiliki pesan yang sangat urgen dan harus dibalas sesegera mungkin, sehingga anda tidak menghiraukan orang lain yang bertanya kepada anda?
Jika anda pernah melakukan hal tersebut, bagaimana perasaan anda?
Jika kita yang sedang bermain game online atau bersosial media lalu ditanya, perasaan mungkin biasa-biasa saja dan masa bodoh. Tapi bagaimana jika kita yang bertanya dan tidak direspon? Jika bertanya sama senior mungkin kita bisa bersabar, tetapi bagaimana jika bertanya sama junior? Mungkin akan jengkel dan marah.
Suatu waktu, saya sedang mengerjakan tugas di laptop, dan tiba-tiba ada yang bertanya. Sebenarnya saya menjawab pertanyaannya, hanya saja pandangan dan jari-jari saya fokus ke laptop. Dan apa yang terjadi, orang yang bertanya tersebut merasa kesal dan marah karena merasa tidak dihargai. Yah merasa tidak dihargai karena yang bertanya adalah senior saya.
Begitupun sebaliknya, sering saya bertanya sesuatu yang penting kepada junior tapi tidak direspon sehingga saya jengkel dan marah.
Atau mungkin saja anda pernah ke sebuah pesta pernikahan dan melihat banyak sisa nasi di piring yang tidak habis? Atau aqua gelas yang tersisa setengahnya di atas meja?
Mungkin orang berpikiran bahwa ini hanya makanan gratis, bukan kita yang membeli sehingga tidak perduli mau habis atau tidak. Atau mungkin karena melihat makanan tersebut terlalu enak, sehingga kita mengambil secara berlebihan dan akhirnya kita tidak bisa menghabisinya. Begitupun dengan air gelas kemasan. Kita hanya minum sedikit dan menyimpannya.
Ilustrasi respek: freepik.com |
Apa yang anda pikirkan saat melihat situasi seperti itu? Saya kadang prihatin.
Sebagai anak petani yang berasal dari kampung, saya sadar betul bagaimana prosesnya sampai petani bisa menghasilkan sebutir beras untuk dimasak lalu dimakan. Butuh tenaga dan waktu yang panjang untuk menghasilkannya.
Tapi kondisi lingkungan yang kadang ikut mempengaruhi. Mungkin ketika hanya kita sendiri yang makan sampai piring bersih, akan muncul pernyataan “rakus”. Atau hanya sekadar tidak ingin berbeda sendiri. Ketika semua orang menyisakan makanan di piring, kita juga ikut, supaya dikatakan tidak terlalu “kampungan”?
Kadang juga kita merasa prihatin dan ingin menegur, tapi akankah kita menegur orang banyak, atau menegur mereka yang jauh lebih tua dari kita?
Tentu setiap orang memiliki perspektif dan cara yang berbeda-beda menyikapi kejadian seperti ini. Tapi intinya, jika kita belum bisa membuat perubahan terhadap lingkungan, minimal kita memulai dari diri kita sendiri.
Dua contoh tersebut hanya pengantar bagaimana kita tidak memperdulikan sikap respek kita kapada segala sesuatu. Kepada sesama manusia, makanan, bahkan alam sekalipun. Itulah alasan kenapa respek diperlukan.
Dalam tulisan ini, saya ingin sedikit berbagi pengalaman, sekaligus sebagai refleksi materi Peace Leadership Class yang saya ikuti 18 Maret lalu.
***
SEPERTI biasanya, setiap hari Rabu, The Guardian of Peace dibekali materi-materi tentang kepemimpinan dan perdamaian. Nah, untuk materi kali ini dilakukan secara daring melalui aplikasi ZOOM. Hal ini dilakukan karena adanya maklumat pemerintah tentang larangan berkumpul.
Kelas Peace and Leadership (PLC) lewat Zoom. |
Tema PLC kali ini adalah Respect. Yah kata ini sebenarnya sangat penting dalam hidup untuk menjaga komunikasi yang baik. Hubungan baik dengan teman akan rusak hanya karena tidak ada respek. Dampaknya komunikasi akan terputus. Kadang hanya berawal miskomunikasi, timbul rasa sakit hati, hingga menciptakan konflik dan terjadi kekerasan.
Tahun lalu, di sebuah jurusan, salah satu kampus di Makassar, seorang senior memanggil juniornya. Tetapi junior tersebut masa bodoh dan tidak menghiraukan si senior.
Akhirnya si senior mendatangi junior tersebut dan memukulnya. Tapi si junior tersebut malah melawan dan terjadilah perkelahian. Setelah dilerai, junior tersebut langsung pulang dan tidak pernah lagi masuk ke kampus hingga sekarang.
Ternyata bisa separah itu yah, jika kita tidak respek kepada orang lain apalagi sama senior di kampus.
Nah, sebenarnya apa sih respek itu dan kenapa kita perlu respek?
Berdasarkan KBBI, respek itu bermakna rasa hormat atau kehormatan. Tapi saya memaknai respek bukan hanya sekadar menghormati orang lain atau sesama manusia, tetapi bagaimana kita menyadari dan menghargai segala ciptaan Tuhan.
Dalam menerapkan respect, kita juga mesti memahami awareness, antusiasm, dan apreciate.
Awareness
Kira-kira, apa yang pertama kali diciptakan oleh Tuhan? Apakah surga, neraka, langit, bumi, malaikat, iblis, atau manusia? Kata Kak Therry, yang pertama kali diciptakan Tuhan adalah desain ketetapan.
Segala sesuatu yang terjadi mulai awal sampai akhir sudah memiliki desain ketetapan. Dan Tuhan tidak pernah salah dalam menetapkan semuanya. Jauh sebelum menciptakan dunia dan seisinya, Tuhan sudah mengetahui dan menetapkan apa yang akan terjadi.
Seperti halnya manusia. Tuhan sudah menetapkan bahwa si fulan akan lahir besok, perjalanan hidupnya akan seperti ini, dan akan meninggal di waktu ini. Begitupun dengan hewan, tumbuhan, bumi, dan alam.
Apa yang telah kita kerjakan kemarin, hari ini, dan masa depan, itu sudah ditetapkan sebelum terjadi. Hanya saja kita belum mengetahuinya karena segala keterbatasan kita, dan hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
Yah dengan menyadari hal tersebut, kita akan merasa awareness dan bisa menerima segala yang terjadi dengan lapang dada.
Apapun yang terjadi di dunia ini, tidak ada yang secara kebetulan. Tidak ada yang sia-sia. Tidak ada yang tidak berguna. Semua dalam desain Yang Maha Bijaksana dan Maha Sempurna.
Dengan meyakini ini, maka kita tidak perlu naik darah, emosi, marah dan jengkel terhadap segala ciptaan Tuhan. Alat pengontrol kita jelas, hati nurani yang selalu berserah diri kepada sang pencipta.
Antusiasm
Antusias menjadi hal penting dalam hidup. Dalam KBBI, antusias memiliki arti bergairah atau bersemangat. Saya juga memaknai antusias itu sebagai semangat yang disertai perasaan senang dalam melakukan sesuatu.
Pada dasarnya antusias itu bisa hadir jika kita melakukan sesuatu yang sesuai dengan minat dan passion kita. Hal yang tidak sesuai dengan minat dan passion biasanya kita tidak berantusias dan bahkan hanya sekadar melakukannya.
Dalam materi PLC yang saya dapatkan minggu lalu, ternyata antusias itu bisa kita hadirkan dengan menyadari segala yang terjadi dan akan terjadi sudah menjadi ketetapan Tuhan.
Ketika kita sadar bahwa apa yang kita kerjakan dan terjadi kepada kita itu adalah desain ketetapan Tuhan, maka kita akan berantusias menjalankannya.
Kita juga harus menyadari bahwa ruang kendali kita hanya ada sekarang dan saat ini juga. Kita tidak bisa mengendalikan masa lalu dan masa depan. Oleh karena itu, kita harus berantusias melakukan yang terbaik now and here.
Apreciate
Saya mengartikan apresiasi sebagai proses penilaian atau penghargaan positif yang dilakukan terhadap sesuatu.
Satu hal yang saya temukan di KITA Bhinneka Tunggal Ika adalah budaya apresiasi yang tinggi. Hampir segala sesuatu yang kita lakukan itu mendapat apresiasi walau hanya dalam bentuk tepuk tangan meriah, tepuk tanda baca, tepuk bangun datar, dan bermacam-macam bentuknya yang selalu menghadirkan tawa dan semangat.
Saya sering menganggap sebuah apresiasi jika diberikan penghargaan oleh orang lain atas prestasi yang saya dapatkan. Entah itu berupa hadiah, bonus, dan lain-lain dalam bentuk materi.
Dengan begitu, tidak jarang saya berusaha semaksimal mungkin mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya hanya untuk mendapatkan apresiasi orang lain, sehingga terkadang lupa bahkan tidak mengapresiasi diri sendiri.
Satu hal positif yang saya dapatkan dari materi PLC minggu lalu bahwa terlebih dulu kita harus mengapresiasi segala hal yang ditetapkan Tuhan, sehingga dengan begitu akan muncul rasa syukur dalam diri kita. Entah itu hal yang baik atau buruk terjadi dalam hidup, jika kita menyadari bahwa itu semua datangnya dari Tuhan, maka kita akan bersyukur.
Karena pada dasarnya, semua yang terjadi itu akan memiliki outcome yang baik. Tergantung bagaimana kita mengapresiasi dan meresponnya secara positif.
Rasa syukur atas segala ciptaan Tuhan merupakan sebuah apresiasi. Kita mengapresiasi karena hingga saat ini masih bisa menghirup udara segar, makan, minum, menulis artikel ini di blog, dan lain sebagainya.
Memang kelihatan sederhana dan tidak tampak, tetapi dengan mengapresiasi hal ini kita akan memiliki dampak yang lebih baik ketimbang tidak mengapresiasi.
Begitupun dengan orang lain. Kita bisa mengapresiasi dengan cara menjadi pendengar yang baik, membantu ketika minta tolong, berempati ketika mendapat masalah, ataupun memberi support ketika sedang berjuang ataupun saat gagal.
Jangan lupa untuk selalu mengucapkan terima kasih ketika orang lain yang membantu kita. Karena ucapan terima kasih juga merupakan salah satu bentuk apresiasi atas sesuatu yang orang lain lakukan kepada kita.
Suatu ketika, teman saya tiba-tiba sakit. Ia hanya tinggal sendirian di indekos. Orangtuanya jauh di kampung. Ia pun memanggil saya untuk mengantarnya ke rumah sakit.
Dua bulan kemudian, tiba-tiba saya juga drop. Sakit kepala, pusing, diare, dan selalu ingin muntah. Jangankan bawa motor untuk ke rumah sakit, berdiripun rasanya tidak mampu. Keluarga saya juga jauh di kampung.
Ketika saya menghubungi teman tadi untuk minta bantuan (berharap dia pasti bisa membantu), ternyata dia memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Dan yang datang membantu lalu mengantar saya ke rumah sakit adalah teman yang jarang saya bantu.
Dari peristiwa ini juga saya menyadari bahwa, kita jangan berharap orang lain membalas bantuan kita, tetapi antusiaslah membantu orang lain dan berharap Allah yang akan membalasnya. Allah akan membalas melalui orang lain yang datangnya kadang tak terduga.
Respect
Saya memaknai respek sebagai perlakuan terbaik yang kita berikan kepada orang lain. Respek bukan hanya kepada sesama manusia melainkan kepada semua ciptaan Tuhan.
Kita bisa respek, menghargai orang lain dengan memberikan perlakuan yang terbaik ketika kita menyadari bahwa semua yang terjadi adalah ketetapan Tuhan, kemudian kita berantusias melakukannya dan mengapresiasi segala yang kita dapatkan.
Kita jarang respek terhadap orang lain karena merasa itu bukan hal penting bagi kita. Sehingga untuk menjadi respek, jadikanlah semua hal itu penting. Bagaimana caranya, yah dengan memaknainya.
Respek bisa kita mulai terhadap diri kita sendiri. Yah dengan menerima diri apa adanya yang telah diciptakan Tuhan.
Memang, mengenali diri sendiri rasanya sulit. Tapi sulit beda dengan tidak bisa. Bukan berarti kita tidak mampu. Dengan kita mengenal diri sendiri, maka kita bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang lain.
Hargailah orang lain seperti anda ingin dihargai. Jangan mencela, mencemooh, ataupun tidak respek kepada orang lain, jika anda juga tidak ingin diperlakukan seperti itu.
Terakhir, coba pahami orang lain yang tidak respek kepada anda. Karena bisa jadi orang tersebut tidak respek karena betul-betul memiliki kesibukan yang tidak bisa diganggu. Sehingga jangan terlalu cepat menjustice atau berprasangka buruk.
***
BAGI saya, mengaplikasikan materi ini tidak semudah menuliskannya di blog. Tetapi sekali lagi, tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Sehingga saya sering mengikat ilmu ini dalam tulisan agar bisa menjadi pengingat, dan bisa sadar untuk selalu berusaha menjadi lebih baik. (*)