Jangan Khawatir, Semua Pasti Berlalu

Sejak 2 Maret lalu hingga saat ini, group-group WhatsApp saya sangat riuh dengan informasi virus Covid-19.

SEJAK 2 Maret lalu hingga saat ini, group-group WhatsApp saya sangat riuh dengan informasi virus Covid-19. Keriuhan ini disebabkan pernyataan Presiden Jokowi tentang dua orang yang terjangkit virus corona di Indonesia.

Masyarakat +62 sontak kaget, panik, bingung, khawatir, dan rasa takut bercampur aduk jadi satu. Apalagi mereka yang berada di daerah dua orang yang disebutkan presiden. Perasaan tersebutlah yang mereka ungkapkan melalui media sosial sehingga membuat gaduh di media sosial.

Dilansir dari kompas.com, novel corona virus (nCov) merupakan virus corona jenis baru yang sebelumnya belum terindentifikasi pada manusia. Virus ini ditengarai bermula dari kawasan Wuhan, China akhir tahun 2019. Namun baru minggu ini diumumkan tersebar di Indonesia.

Setelah merebak luas, penyakit yang ditimbulkan oleh virus varian baru ini dinamai Corona Virus Disease 2019 alias Covid-19.

Adapun gejala yang diakibatkan virus ini ialah demam, batuk, kelelahan, sakit kepala, hemoptisis, dan diare. Hingga saat ini, per 7 Maret 2020, wikipedia telah mencatat jumlah yang meninggal mencapai 3.460 orang.

Mungkin jumlah yang meninggal tersebut jadi pusat perhatian sebagian orang di media sehingga membuat mereka takut. Takut terkena virus dan pada intinya mereka takut mati.

Saya sedikit ingin berpendapat bahwa penyakit ini bukanlah sebuah momok yang perlu dikhawatirkan apalagi ditakuti. Bukankah semua yang ada di dunia ini sudah ada yang mengaturnya? Dan sesuatu yang sudah pasti adalah kematian.

Seperti halnya debu yang beterbangan di kota metropolitan, daun-daun yang jatuh dari pohon. Semua pasti terjadi atas kehendak dan seizin-Nya.

Sungguh pelajaran yang luar biasa jika kita mempelajari dan memaknai tanda-tanda kekuasan-Nya. Begitu sempurna Tuhan mengatur alam raya ini. Lalu apa yang kita khawatirkan dari virus corona?

Apakah semua orang yang ada di Wuhan yang sempat terjangkit virus corona meninggal dunia? Saya rasa tidak semuanya, dan kemungkinan yang masih bertahan hidup itu jauh lebih banyak dibandingkan yang meninggal.

Yang lebih saya yakini lagi adalah 3.640 orang yang meninggal itu bukan corona yang mencabut nyawanya, melainkan memang sudah ajalnya. Usia mereka sudah tercatat di lauh mahfuz bahwa mereka akan meninggal dengan terkena virus corona. Waktu, tahun, bulan, minggu, hari, jam, hingga detik pun waktu mereka tidak kurang dan tidak lebih dari yang ditetapkan.

Apakah hanya dengan virus corona orang bisa meninggal? jawabannya tidak. Banyak orang yang hanya rebahan sambil scrol media socialnya di indekos dan tiba-tiba ditindis atap rumah karena gempa lalu meninggal. Ada juga yang hanya berjalan santai di badan jalan, tiba-tiba ditabrak mobil dari belakang lalu meninggal. Dan masih banyak contoh lainnya.

Percayalah, meskipun virus corona menyerang kita, jika memang belum ajal, kita pasti masih bisa hidup dan berbuat baik di dunia ini. Hal yang mestinya dilakukan ialah, tetap melakukan pekerjaan yang bermanfaat dan selalu bersyukur kepada Tuhan.

Apalagi Allah telah mengatakan dalam Al-Qur'an Surah Al-Qamar ayat 49 bahwa "Sesungguhnya, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran"? Tentu saja Covid-19 ini juga memiliki ukuran seperti virus dan penyakit lainnya. Yakinlah wabah penyakit ini pasti akan berlalu.

Saya juga ingin kembali menceritakan ulang materi Hakuna Matata yang membahas tentang cara menyelesaikan masalah dalam diri dengan menggunakan rumus E+R=O. Ketika terjadi sebuah peristiwa, entah itu membahagiakan, menyedihkan, atau bahkan menakutkan sekalipun seperti corona, jangan panik apalagi takut. Begitupun ketika mendapat rezeki atau pujian orang yang berlebihan, jangan ditanggapi secara berlebihan. Karena segala sesuatu yang berlebihan juga tidak baik.

Kita sebaiknya menerima setiap peristiwa yang terjadi pada diri kita apapun itu. Karena kita tidak bisa menolak seperti halnya virus corona. Yang terpenting ialah bagaimana cara kita merespon peristiwa tersebut agar menghasilkan outcome positif.

Menerima peristiwa dengan lapang dada pun tidak cukup. Perlu ada respon positif yang harus kita lakukan agar outcome nantinya juga memiliki impact yang baik.

Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk merespon wabah virus corona ini. Bukan berarti kita pasrah dengan segala yang telah terjadi. Setidaknya kita bisa melakukan sesuatu yang bisa mencegahnya. Dan sebenarnya, segala sumber penyakit itu, obatnya ada dalam agama.

Ibadah yang kita laksanakan secara rutin dan teratur bisa membuat tubuh kita sehat secara jasmani maupun rohani. Salat misalnya, mulai melakukan wudhu, hingga gerakan salat itu memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh kita.

Ahli kesehatan mengatakan bahwa untuk menghindari diri kita dari virus corona ialah dengan mencuci tangan secara rutin. Dengan salat lima waktu sehari semalam, bisa membuat kita terhindar dari virus corona.

Sehingga saya berkesimpulan, perbanyaklah belajar agama, bacalah tanda-tanda alam raya dan pahami segala sesuatu yang terjadi. Konsep kehidupan telah kompleks dijelaskan dalam agama. Mana yang tidak baik dilakukan dan mana yang baik dikerjakan.

Jika kita mengerjakan sesuatu yang dilarang oleh agama, besar kemungkinan juga akan berdampak buruk bagi diri dan kehidupan kita. Begitupun sebaliknya. Jika kita mengikuti semua perintah yang diajarkan dalam agama, maka hidup ini pasti akan selalu tenang dan tidak merasa khwatir.

Do the best, now and here. Don't forget to thank Allah!

About the Author

Blogger pemula dari Makassar.

إرسال تعليق

Tinggalkan komentar di bawah ini dan bagikan pendapat Anda tentang artikel di atas.