HUJAN renyai mengguyur Kota Makassar, Sabtu pagi, 1 Februari 2020. Saya berangkat dari sekretariat organisasi di Jalan Mallengkeri menuju lokasi yang dikirimkan kak Naomi dengan dipandu google maps.
Titiknya tepat di Ruko Medical Center Jalan AP Pettarani. Di lantai 4, KITA Bhinneka Tunggal Ika berkantor.
Di ruangan berukuran 9x6 meter itu saya mengikuti Direct Assesment, salah satu tahap seleksi Akadami KITA.
Direct Assesment atau DA merupakan seleksi terakhir dalam tahap rekrutmen Guardian of Peace Akademi Kita. Akhirnya pada pengumuman, saya adalah salah satu dari 20 orang yang dinyatakan lulus.
KITA Bhinneka Tunggal Ika adalah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan perdamaian dan anti kekerasan.
Saya mengikuti salah satu programnya yaitu Akademi Kita yang kemudian menjadi Guardian of Peace atau disingkat GoP.
Misi utama GoP ini adalah ikut terlibat dan berkontribusi dalam menjaga dan melindungi perdamaian di Indonesia khususnya di Makassar.
Awalnya, saya mengetahui komunitas ini dari status WA orang yang saya tidak kenal. Dia adalah temannya temanku. kontaknya ada di HP saya, dan kontak saya ada di HP-nya.
Saya iseng ajah mengklik link status orang tersebut, kemudian lanjut mengisi google form, mengikuti apa yang diperintahkan, membuat esai dan mengirimnya.
Hingga akhirnya, saya dipanggil untuk seleksi DA pada 1 Februari 2020.
Saat DA, kami terlebih dulu self presentation, kemudian di-interview, dan FGD. Studi kasus yang kami diskusikan dalam FGD adalah tawuran antarmahasiswa. Kami membahas bersama tentang akar permasalahan serta solusi dari konflik tersebut.
Topik tersebut sangat akrab dengan saya di kampus. Sejak mahasiswa baru, tawuran antarkelompok sudah jadi tontonan hampir setiap bulan, bahkan kadang setiap minggu.
Tapi itu dulu, sekarang keadaannya sudah semakin baik. Tawuran sudah tidak seintens dulu lagi. Mungkin sudah mulai ada kesadaran mahasiswa tentang dampak buruk tindakan tersebut.
Sebenarnya bukan hanya masalah kekerasan dalam bentuk tawuran, tetapi kekerasan dalam bentuk nonfisik juga masih sering terjadi dan dialami oleh mahasiswa baru termasuk saya waktu itu.
Konsep senior di kampus dalam mendidik dengan nada tinggi, kata-kata kasar, hingga bullying yang tujuannya untuk menguji seberapa kuat mental dan nyali menjadi mahasiswa.
Tetapi ada juga yang hanya menjadikan sebagai lelucon dan bahan
tertawaan.
Banyak yang mengatakan bahwa konsep seperti ini bagus untuk
membentuk mental seseorang.
Selain itu, juga membentuk solidaritas angkatan karena telah melalui sebuah “perjuangan” yang sama. Namun banyak juga yang menganggap konsep tersebut buruk.
Karena seakan-akan mempelonco dan bisa membuat mental mahasiswa baru ciut kemudian takut, lalu memutuskan untuk berhenti kuliah atau pindah ke kampus lain. Yah tergantung dari perspektif setiap orang.
Konsep mengkader dan mendidik seperti itu bertentangan dengan Akademi Kita.
Dalam Akademi Kita, Guardian of Peace hanya diberikan pemahaman tentang perdamaian, kepemimpinan, anti kekerasan, anti bullying, yang dibalut dalam games, diskusi, dan aksi nyata.
Baiklah, saya akan sedikit bercerita tentang apa-apa saja yang saya dapatkan dan perubahan-perubahan yang saya alami selama menjalani pendidikan Akademi Kita.
Tulisan ini juga sekaligus sebagai tugas refleksi dan perubahan yang peserta Guardian of Peace rasakan setelah Akademi Kita.
Ada tiga bagian utama yang kami lakukan selama Akademi Kita. Peace & Leadership Training, kemudian Outdoor Class, dan Peace & Leadership Class (PLC).
Peace & Leadership Training kami lakukan selama dua hari pada tanggal 8 dan 9 Februari 2020. Pada tahap ini, kami diberikan bekal pelatihan tentang gerakan pendidikan perdamaian dan anti kekerasan. Serta Visi Misi GoP dan KITA itu sendiri.
Kemudian outdoor class dilakukan di Malino pada tanggal 22 dan 23 Februari 2020. Pada tahap ini, kami diberikan materi-materi kepemimpinan dan perdamaian yang dibalut dalam games dan simulasi langsung di alam bebas.
Saat outdoor class juga kami kembali menggali semua peristiwa dalam hidup mulai dari lahir sampai sekarang.
Kejadian apa saja yang membahagiakan dan menyedihkan. Lalu mencoba mengaitkan dengan materi-materi kepemimpinan dan perdamaian. Banyak hal yang di luar kendali telah terjadi, dan semua bisa berlalu.
Di tahapan ini membuat saya sadar bahwa, dalam perjalanan hidup, kita juga perlu meluangkan waktu untuk merenungi sekaligus merefleksi masa lalu.
Dan yang terpenting dari mengingat masa lalu adalah, mencari titik-titik penting dalam setiap perjalanan hidup lalu menghubungkan satu dengan lainnya.
Dengan begitu, kita akan mendapatkan gambaran masa depan serta menemukan visi hidup jika kita cermat memahami setiap pesan Tuhan yang terjadi dalam diri kita. Connecting The Dots.
Sementara Peace & Leadership Class (PLC) dilaksanakan setiap hari Rabu sejak tanggal 12 Februari hingga 13 Mei 2020.
Awalnya, PLC ini dilaksanakan di Kantor KITA Bhinneka Tunggal Ika. Namun sejak pandemi Covid-19 di Indonesia, PLC kemudian dilakukan secara virtual melalui aplikasi ZOOM.
Dalam PLC tersebut, ada 13 materi yang dibawakan langsung oleh Direktur KITA Bhinneka Tunggal Ika, kak Therry Algifary.
Ke-13 materi tersebut yakni Alegori Jonathan Livingstone Seagull, Building Trust, Hakuna Matata, Apreciate Inquiry, Respect, Do You Know Your Dreams?.
Kemudian Find Your Dreams, Philosophy of Peace and Conflict Resolution: 3 Gerak Jiwa Platon, Social Identify, Prejudice and Stereotype, Dialektika Perang dan Perdamaian Abadi, Nature of Conflict, dan terakhir Resilience.
Semua bagian sangat menarik dan berkesan. Hampir setiap kegiatan dan materi memiliki kesan mendalam dalam ingatan dan ruang kehidupan.
Semuanya tidak terlepas dari teori-teori kepemimpinan dan perdamaian.
Reflection
Hal pertama kali yang saya dapatkan di komunitas ini adalah refleksi.
Hampir setiap kali bertemu, semua peserta melakukan check in. Menceritakan peristiwa yang telah dilakukan selama berpisah.
Kegiatan bermanfaat yang dilakukan itu kemudian diceritakan dan saling berbagi.
Begitupun dengan materi-materi yang dilalui. Sebelum menerima materi, terlebih dulu, kami merefleksi pengalaman yang telah terjadi dan mengaitkan dengan materi.
Dan menariknya, hampir semua materi PLC yang kami terima, itu sangat sering terjadi dalam kehidupan.
Dari refleksi ini juga saya belajar dan mencoba merenungi semua peristiwa yang telah terjadi dalam hidup. Mulai di masa lalu, dan peristiwa yang terjadi settiap hari. Lalu mencoba menghubungkan satu dengan lainnya.
Meski belum bisa setiap malam, apalagi setiap saat, jika saya ingat, saya selalu mencoba merefleksi hari-hari yang telah saya lalui. Kejadian apa yang bermanfaat, dan kejadian apa yang tidak.
Awareness
Akademi Kita ini juga menambah kesadaran saya. Kesadaran akan diri sendiri, alam sekitar, dan Allah sebagai pencipta.
Hampir setiap kegiatan seperti materi, self reflection, boardgame, outdoor, dikaitkan dengan pengalaman hidup. Menyadari bahwa tubuh ini digerakkan oleh Jiwa, serta memahami tiga gerak jiwa.
Menyadari bahwa semua peristiwa dimasa lalu tidak bisa diulang untuk memperbaiki kesalahan, begitupun dengan masa depan yang belum jelas.
Satu-satunya ruang kendali saya adalah saat ini dan sekarang.
Sehingga dengan melakukan yang terbaik now and here adalah salah satu respect dan rasa syukur atas segala yang diberikan Tuhan.
Dan yang terpenting adalah menyadari bahwa semua yang terjadi di alam ini sudah menjadi ketetapan Tuhan.
Saya bergabung di Kita Bhinneka Tunggal Ika sudah ditetapkan oleh Tuhan. Meski sebelumnya saya tidak mengetahui komunitas ini.
Dengan menyadari semua ini, rasa penyesalan, kecewa, sakit hati, benci, iri, dan sebagainya sudah semakin berkurang.
Dan setelah akademi ini, saya selalu berusaha meminimalisir semua perasaan dan prasangka buruk itu.