Sertifikat. |
JURNALISME investigasi merupakan salah satu cabang jurnalistik yang sulit tapi menantang. Jurnalisme investigasi bertujuan untuk mengungkap sebuah skandal atau kejahatan terorganisasi yang tidak terlihat.
Saya baru saja menyelesaikan kelas tanpa batas Tempo Institut tentang Jurnalisme Investigasi. Belum puas rasanya jika hanya sekadar membaca dan menjawab soal yang diberikan.
Apalagi, saya butuh waktu 3 minggu untuk menyelesaikan
10 bagian dalam kelas ini yang terdiri dari 97 halaman.
Sepuluh bagian itu yakni; Jurnalisme investigasi
sebagai sebuah tugas suci, penyokong liputan investigasi, awali dengan
perencanaan, menembus sumber investigasi, dari data menjadi bukti, teknik
analisa data investigasi, keamanan dan keselamatan investigasi, etika liputan
investigasi, menulis laporan investigasi, dan terakhir penutup.
Materinya sangat menarik dan cukup berat untuk
langsung dipahami. Saya sampai membaca berulang kali beberapa bagian.
Bahkan, contoh liputan investigasi dalam majalah Tempo
yang telah terbit, yang dibagikan, belum semua selesai saya baca. Selain itu,
yang membuat menyenangkan belajar, karena materinya disajikan dalam berbagai
bentuk, data, contoh liputan investigasi yang telah terbit di Majalah Tempo,
serta video penjelasan materi dan cerita pengalaman wartawan investigasi Tempo
dalam melakukan investigasi yang tidak kalah menarik.
Setelah membaca semua materi serta penjelasan dan
pengalaman para wartawan investigasi Tempo, membuat saya tercengang dan kagum.
Perjuangan mereka dalam membongkar skandal sangat sulit dan menantang.
Mustafa Silalahi misalnya, bercerita bagaimana cara
merencanakan liputan. Ada banyak planing yang disiapkan sebelum terjun ke
lapangan. Seperti membaca situasi daerah yang dituju dan simpul daerah yang
dituju.
Begitu juga Stefanus Teguh Edi Pramono, yang beberapa
kali dalam liputan investigasi, diancam ingin dibunuh.
Yang tak kalah menarik dalam liputan investigasi,
wartawan sering kali harus melakukan teknik penyamaran (undercover). Dalam
liputan undercover, wartawan Tempo tidak
mengungkapkan identitasnya sebagai wartawan kepada sumber yang mereka selidiki.
Mustafa Silalahi mengatakan bahwa teknik undercover,
dilakukan jika memang dianggap sangat perlu, karena wartawan dibatasi oleh
kaidah jurnalistik Indonesia. Ia sempat berbagi pengalaman menggunakan kamera
tersembunyi, seperti di kancing baju, kacamata, ataupun pada korek.
Dalam materi ini juga membahas banyak hal seperti
keamanan dan keselamatan. Bukan hanya berlaku pada wartawan yang liputan,
tetapi juga pada data-data yang diperoleh.
Sebenarnya, masih banyak lagi materi dan cerita-cerita
pengalaman menarik dalam kelas ini yang dibahas secara gamblang dan
terstruktur. Mulai dari bahan liputan, perencanaan, peliputan, menembus
narasumber, mengumpulkan data, serta menyajikannya.
Lagi-lagi, liputan investigasi ini bukan perkara yang
mudah. Butuh waktu yang cukup lama dalam peliputan. Berbulan-bulan, bahkan
bertahun-tahun.
Salah satu kisah paling spektakuler dalam jurnalistik
investigasi yang dilakukan Carl
Bernstein dan Bob Woodward yang membongkar Skandal Watergate di Amerika Serikat
pada awal dekade 1970-an. Pengungkapan skandal Watergate ini butuh waktu
26 bulan.
Anda bisa membaca karya
keduanya dalam buku All the President’s Men. Dua wartawan koran The Washington Post ini pada
ujungnya berhasil menjatuhkan Amerika Serikat ke-37, Richard Milhous Nixon.
Jika ingin lebih
lengkap, silakan ikuti kelas tanpa batas Tempo Institut. Di sana ada banyak
kelas menarik tentang jurnalistik.(*)