Pentingnya Integritas dalam Kepemimpinan

Ketika kita mendengarkan hati kita dan melakukan sesuatu dengan benar, hidup menjadi sederhana, dan kita akan hidup dalam damai.

KETIKA kita mendengarkan hati kita dan melakukan sesuatu dengan benar, hidup menjadi sederhana, dan kita akan hidup dalam damai. 

Tindakan kita sekarang menggambarkan keyakinan kita dan kita tidak perlu khawatir dengan hal-hal yang kita sembunyikan.

Menurut penelitian, berbohong membuat detak jantung meningkat, pola nafas yang lebih cepat dan produksi keringat lebih banyak. 

Hal itu menunjukkan bahwa pada dasarnya tubuh kita pun lebih menyukai hidup berintegritas.

Mari kita berintegritas. Sebenarnya apa sih pentingnya integritas itu? Katanya, seorang pemimpin harus berintegritas.

Secara sederhana, integritas adalah tindakan, ucapan, dan keyakinan yang dilakukan sesuai, juga selaras dengan norma yang berlaku. 

Tentu setiap norma yang disepakati bersama di lingkungan masyarakat adalah baik.

Mari kita bahas lebih lanjut mengenai integritas. 

Topik ini menjadi salah satu pembahasan khusus dalam Peace and Leadership Class atau PLC. Karena, Guardians of Peace dipersiapkan menjadi seorang pemimpin (minimal memimpin diri sendiri), yah harus berintegritas.

Kata kak Azizah Nuur Utami, salah seorang penyuluh anti korupsi, mengawali diskusi dengan dua jenis warna. Hitam dan putih. 

Yah kira-kira, seperti itulah integritas. Harus mengetahui dan memisahkan mana yang salah dan mana yang benar. Bukan abu-abu atau samar.

Di Indonesia, di lingkungan masyarakat, sesuatu yang berwarna hitam dan putih sebenarnya tampak dengan jelas. Hanya saja, kita kadang memilih warna abu-abu.

Artinya, bahwa sebagian dari kita lebih memilih warna abu-abu. Samar. Kadang ingin disebut benar dan tidak ingin dikatakan salah. 

Sehingga pilihan jatuh ke abu-abu. Dengan memilih warna ini, hidup dan perjalanan kita mungkin bisa lebih aman dan lancar.

Tidak semua memilih warna hitam dan abu-abu. Sebagian diantara masyarakat Indonesia memilih di jalan yang warna putih. Tentu pilihan ini memiliki banyak rintangan. 

Jalannya tidak semulus yang hitam atau abu-abu. Berkerikil, berduri, yang kadang membuat telapak kaki terluka sampai dalam hati.

Mungkin ini salah satu alasan banyak yang memilih di jalan yang aman. Dengan begitu, kita bisa tetap hidup dan berjalan mencapai tujuan.

Namun, integritas bukan persoalan hidup nyaman dan mulus. Tetapi lebih ke tindakan, perilaku, dan ucapan yang sesuai. Berada di jalan yang benar.

Yah meskipun resiko ketika memilih jalan benar itu banyak. Dicurigai, memiliki sedikit teman dan cenderung dijauhi. 

Bukankah dalam agama diperintahkan untuk memilih jalan yang lurus? Jalan yang benar. Bukan jalan yang aman dan dipilih banyak orang.

Pada dasarnya, integritas itu adalah mereka yang memilih jalan yang benar. Berani mengatakan dan mengindari yang salah. 

Serta berani mengatakan dan melakukan yang benar. Meskipun pahit.

Ada banyak faktor yang membuat orang tidak berintegritas. 

Lingkungan yang kotor dan banyak pengakluman, faktor pekerjaan, atasan, kebutuhan periuk nasi, keluarga, dan kehidupan borjuis.

Banyak yang memilih melakukan KKN (korupsi kolusi dan nepotisme) untuk kebutuhan pribadi dan keluarga. 

Ada yang terpaksa berbohong dan rela melakukan perbuatan-perbuatan yang salah karena faktor pekerjaan dan diperintah atasan. Kalau tidak menurut akan dipecat. 

Dan ini pasti akan berdampak pada kondisi ekonomi. Kebutuhan keluarga bisa tidak terpenuhi. 

Bahkan ada yang merasa perilaku abu-abu (membenarkan yang salah) karena sudah menjadi kebiasaan. Ini adalah yang lebih parah. Dan kadang kita menyadari tetapi memilih diam.

Kenapa? Karena takut dibilang sok suci, sok baik, dijauhi teman, atau takut diserang oleh orang yang melakukan tindakan kotor tersebut.

Nah, bagaimana jika kita dihadapkan pada persoalan dan lingkungan masyarakat seperti di atas? 

Jawabannya adalah kita harus tetap berintegritas. Mengatakan yang salah pada yang salah, dan benar pada yang benar.

Memang sulit. Apalagi jika itu harus dikatakan kepada atasan. Tapi sulit bukan berarti tidak bisa. Tetap berusaha menyampaikan, tetap dengan cara yang baik dan sopan sesuai dengan norma yang berlaku.

Jika tidak bisa dan tetap dilakukan, berusahalah hindari kegiatan atau aktivitas yang bisa membawa kita untuk melakukan perbuatan yang salah.

Tetap berusaha menjadi orang yang berintegritas. Salah, gagal, dikeluarkan dari tempat kerja, itu persoalan biasa. 

Bisa terjadi kapan, saja, dimana saja, dan terpenting harus disadari bahwa semua itu adalah faktor yang berada di luar kendali kita.

Berani mengakui kesalah dan memperbaikinya, jauh lebih baik daripada berusaha berbuat benar meski dengan cara yang tidak benar.

Tulisan ini merupakan refleksi dan hasil diskusi PLC. Tentu saya pribadi masih jauh dari kata integritas.

Semoga dengan refleksi dalam tulisan ini bisa membuat saya bisa berusaha menjadi orang yang berintegritas. Begitupun dengan orang yang membaca tulisan ini. Semoga bermanfaat. (*)

About the Author

Blogger pemula dari Makassar.

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di bawah ini dan bagikan pendapat Anda tentang artikel di atas.