MOBIL Sigra putih merayap pelan dari Duft Coffee ke Jalan Pettarani, Kamis sore, 17 Juni 2021. Tujuannya belum jelas. Dalam mobil, saya bertiga dengan Fatur dan Uti.
"Coba hubungi bede Citra, dimana alamat rumahnya," kata Fatur. Kami mau menjemputnya. Tapi belum ada yang tahu rumahnya. Nomor teleponnya juga tidak aktif.
Matahari mulai condong ke ufuk barat. Cakrawala yang cerah berubah menjadi merah, sedikit kekuning-kuningan.
Waktu telah menunjuk pukul 17.00. Uti memperlambat laju kendaraan di Jalan Kerung-kerung. Kemudian menepi dan berhenti. Tepat depan masjid.
Nomornya belum juga aktif. Tidak berselang lama, Ka Iiz mengirimkan Fatur daftar nama dan alamat secret angle yang pernah tersebar.
Di situ juga ada nama Citra dan alamat rumahnya. Melalui petunjuk itu, kami bertanya di sekitar jalan ke rumahnya.
"Ow cucuku itu Citra. Itu rumahnya," kata seorang pria paruh baya, lalu mengantar ke rumahnya dan memanggil cucunya.
"Kenapaki," kata gadis belasan tahun itu.
"Ada Citra?"
"Ye' saya Citra. Kenapaki?" jawabnya dengan raut wajah bertanya-tanya.
"Salah orang kayaknya. Citra yang kucari orang besar. Dosen." kataku.
"Ow Citra yang dosen. Di sana rumahnya. Belok kiri di tikungan sana. Pas depan TK rumahnya," kata pria tadi sambil menunjuk lurus ke depan.
Akhirnya tidak salah lagi. Rumahnya pas depan taman kanak-kanak.
"Haha kulupai gaezz kalau maumeki berangkat," katanya sambil tertawa saat turun dari tangganya. "Kucas tadi HP ku, jadi kumatikan," tambahnya.
Kami telah siap berangkat ke Wajo. Kabupaten yang dijuluki Kota Sutera. Di Sana kami akan berbagi ilmu dengan para guru dan kepala sekolah.
Namun, sebelum ke terus ke Wajo, terlebih dulu menjemput ka Iiz di kantor kementerian keuangan. Juga ka Indah. Sementara kak Mangga menunggu di Sudiang.
Jalan tol berlalu. Bundaran ke bandara juga telah lewat. Di sebelah kiri ada Alfamart. Kami singgah, membeli minuman dan snack. Bermacam-macam.
Ka Mangga juga sudah tiba. Lengkap. Berswafoto dalam mobil, lalu berangkat.
Banyak hal yang diperbincangkan dalam mobil.
Berbagi pengalaman, persiapan untuk jadi narasumber, tentang korupsi, gratifikasi, pencucian uang, leadership, kepercayaan, integritas, pengalaman jadi relawan RuBI, pekerjaan di kantor masing-masing, dan masih banyak lagi.
Tak ada habisnya sampai di tempat tujuan.
Maros berlalu. Kami singgah di Tahu Sumedang. Rumah Makan di Pangkep. Setelah makan, solat, dan istirahat, kembali melanjutkan perjalanan.
Pangkep, Barru, Parepare, Sidrap, Tanru Tedong, akhirnya semua dilewati. Ini kali pertama ka Uti mengemudi mobil sampai sejauh ini. Sedikit lagi. Kabupaten Wajo sudah depan mata.
"Sepertinya ada ciri khas tersendiri rumah di sini," kata Citra saat memandang ke pinggir jalan. Rumah panggung dengan model tangga menyamping. Menjadi ciri khas rumah di sana.
Akhirnya sampai juga di Rumah Anti sekitar pukul 1.30. Semua bertepuk tangan mengapresiasi Uti yang tidak pernah tergantikan mengemudi mobil.
Foto bersama relawan RuBI di SMAN 3 Wajo. |
Welcome Kota Sutera. Di kota dengan luas 2.506 km² ini Ruang Berbagi Ilmu (RuBI) kembali diadakan.
Koordinatornya adalah teman saya. Anti. Ini kesempatan saya untuk ikut terlibat dalam berbagi ilmu sambil belajar banyak hal.
RuBI adalah sebuah gerakan komunitas yang mendorong dan melibatkan para profesional untuk terlibat dalam memajukan pendidikan di Indonesia melalui giat berbagi materi untuk para guru, kepala sekolah, penggerak pendidikan, dan para orang tua siswa di daerah.
Hari pertama hanya berlangsung di gedung PGRI Wajo. Kemudian hari kedua dan ketiga berlangsung di ruang kelas SMAN 3 Wajo.
Ada lima cakupan materi pada RuBI kali ini. Metode dan media belajar kreatif (MBK), Disiplin Positif, Manajemen Kelas, Kewirausahaan Sekolah, dan Leadership.
Materi ini dibawakan oleh relawan dari berbagai daerah yang suka rela datang untuk berbagi ilmu yang dimiliki demi kemajuan pendidikan di Indonesia.
Kebanyakan dari Makassar, dari Bone, Sidrap, Enrekang, juga ada dari Tangerang, Kendari, Jakarta, dan Ambon. Total 22 narasumber dan 3 dokumenter.
Sementara peserta adalah guru-guru yang berasal dari sekolah se-Kabupaten Wajo. Total peserta sebanyak 113 yang terdiri dari guru dan juga kepala sekolah.
Metode belajar selama 2 hari didesain semenarik mungkin dan menyenangkan. Dilakukan dengan bermain dan banyak bergerak.
Semua peserta, guru dan kepala sekolah, laki-laki dan perempuan, muda dan tua, semuanya bergoyang. Semangat terus membara hingga acara selesai.
Foto bersama pemilik rumah sebelum meninggalkan Kabupaten Wajo |
Hari sudah mulai gelap Sabtu sore jelang magrib. Peserta sudah pulang ke rumah masing-masing. Pun dengan relawan panitia lokasi, narasumber, dan dokumenter siap kembali.
Sebelum pulang ke daerah masing-masing, terlebih dulu pergi makan malam di salah satu rumah panitia lokal. Cukup lelah. Energi banyak terkuras karena terus bergerak seharian. Namun bahagia rasanya telah terselenggara dengan baik.
Perjalanan cukup jauh. Butuh istirahat sejenak. Apalagi pengemudi.
Satu jam cukup. Sekitar jam 9, kami pamit ke tuan rumah. Keluarga besar pak Arsyad. Sejenak foto bersama sebagai kenangan, lalu berangkat. Kami 3 mobil.
***
DEMIKIAN cerita traveling ke Kota Sutera. Terimakasih sudah membaca sampai selesai. Silakan tinggalkan jejak di kolom komentar agar kita bisa saling kenal.
Salam,