SEBELUM tidur, saya menyetel alarm lebih pagi. Bukan hanya sekali. Tapi sampai 5 waktu alarm dengan rentang waktu berbeda yang tidak terlalu jauh. Mulai jam 6 sampai 7.
Pertemuan tatap muka di sekolah mulai minggu ini. Termasuk di SMKN 2 Maros. Waktu belajar tatap muka juga berbeda dengan belajar dari rumah.
Saya berangkat dari rumah sekitar pukul 7.00. Estimasi waktu yang saya lalui dalam perjalanan adalah 30 menit. Sayang karena sesuatu dan lain hal membuat saya terlambat 10 menit masuk kelas.
Siswa baru saja selesai membersihkan - menyapu dan memungut sampah di kelas dan sekitarnya - saat saya tiba. Sebuah kebiasaan baru yang tidak pernah dilakukan selama pandemi.
Siswa kembali memulai aktivitas sebagaimana biasanya. Seperti sebelum Covid-19 menyerang.
Senyum sumringah di wajah mereka tampak meskipun menggunakan masker. Kedua sudut mata luar tertarik. Mata sedikit lebih sipit. Mereka antusias dan tampak semangat sekali memulai pembelajaran di kelas.
Saya memulai dengan salam dan meminta ketua kelas memimpin doa. Lalu memulai perkenalan.
Siswa yang saya ajar adalah kelas XI. Sejak kelas X mereka belajar secara daring. Belum pernah sama sekali praktik. Bahkan sudah setahun setengah sekolah di jurusan TKR, tetapi belum pernah melihat langsung mesin mobil dan bagian-bagiannya.
Wajar jika mereka susah untuk memahami teori produktif. Mereka mempelajari hal yang abstrak dan belum pernah melihat sama sekali.
Jangankan memahami teori produktif yang lebih spesifik ke jurusan TKR, sekadar kepanjangan dari singkatan SMK saja mereka tidak mengetahui.
Sama seperti siswa pada umumnya, ini adalah pertemuan pertama secara tatap muka. Pertama kali saya bertemu dengan siswa, sehingga mereka cenderung pasif.
Setelah mencoba mendekati dan menanyakan kendala mereka selama belajar di rumah, jawabannya sangat bervariasi.
Mulai dari kesusahan dalam mengakses jaringan. Terlebih dulu harus pergi ke tempat tertentu untuk mendapatkan jaringan. Ada juga yang berkendala kuota internet.
Beberapa diantaranya memiliki kuota dan jaringan yang baik, tetapi motivasi dalam belajar yang tidak ada.
"Susah pak dipahami kalau cuma dibaca dan mendengar penjelasan," kata mereka.
Dalam pertemuan pertama tatap muka itu, saya kembali menjelaskan rangkuman materi pembelajaran daring. Selain itu, juga memastikan mereka memahami materi pelajaran dengan baik sebelum mengakhiri pembelajaran.
Satu hal yang membuat lega seorang guru adalah ketika selesai menjelaskan, lalu mengevaluasi dan membuat refleksi pembelajaran di akhir pertemuan.
Dalam pembelajaran tatap muka, saya bisa memastikan langsung mereka semua memahami materi dengan menanyakan satu per satu tentang materi dan pengetahuan baru yang didapatkan pada pertemuan itu.
Hal ini yang cukup sulit dilakukan saat pembelajaran daring. Keaktifan mereka yang kurang dan cukup sulit memastikan mereka paham atau tidak.(*)