|
Sampul buku Di Bawah Lindungan Ka'bah karya Buya Hamka.
|
LARAT. Dua tahun berpisah. Akhirnya dapat kabar melalui sepucuk surat di
musim haji. Belum sempat bertemu lagi, Zainab berpulang di Padang. Di
bawah Ka'bah, Hamid juga menyusulnya ke alam baka.
Kisah mereka diceritakan Buya Hamka, ulama tersohor asal Padang, dalam buku
Di Bawah Lindungan Ka'bah. Saya membacanya di Ipunas. Setelah berhari-hari
dalam antrian. Akhirnya tersedia menjelang malam larut.
Buku itu tidak tebal. Isinya hanya 91 halaman. 106 halaman dengan sampul.
Hanya butuh waktu satu jam membacanya sebelum tidur. Ditulis dengan gaya
bahasa Melayu. Tetap menarik mengunyah setiap kalimat yang Hamka
tuliskan.
Hamid anak yatim sejak empat tahun. Bersama ibunya, ia hidup miskin. Mereka
hidup dari pekerjaan seadanya. Pagi hari Hamid menjual pisang goreng. Sore
harinya menjual rakit udang atau godok perut ayam.
Hingga ibu Zainab menemui Hamid. Keluarga Zainab merupakan hartawan. Orang
kaya di kampungnya. Berkat bantuannya, Hamid bisa menempuh pendidikan.
Masa kanak-kanak Hamid dan Zainab dilalui bersama. Di sekolah. Pun di
rumah. Mereka seperti kakak beradik. Tapi tidak sedarah.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, keduanya tumbuh dewasa. Rasa
saling mencintai pun mulai muncul. Perasaan tidak hanya sekadar kakak
beradik. Lebih dari itu. Tapi belum berani saling mengungkapkan.
Tidak lama kemudian, ibu Hamid meninggal. Menyusul bapaknya di alam kubur.
Ia pun menjadi yatim piatu. Hidup sebatang kara.
Hingga ia memutuskan untuk pergi mengembara. Medan. Singapura. Bangkok.
Tanah Hindustan. Karachi, Basrah. Irak. Sahara Nejd. Hingga akhirnya ke
tanah suci umat muslim seluruh dunia. Mekkah.
Di sanalah Hamid tinggal. Menjadi orang asing. Bertemu banyak orang baru.
Tapi tidak pernah melupakan Zaenab. Adiknya. Sekaligus kekasih yang
ditinggalkan.
Begitupun Zaenab di tanah Minang. Tetap menunggu dan berharap bisa bertemu
Hamid. Bahkan, ada pria hendak melamar. Tapi ditolak. Di hatinya hanya ada
Hamid.
Saat musim haji lagi. Seorang sahabat lama datang. Namanya Saleh. Mereka
masih saling mengenal. Ternyata dari sahabatnya itu, cerita Zainab
disampaikan.
Betapa bahagia Hamid mendengar kabar Zainab yang juga ternyata
mencintainya. Melalui sahabat tersebut, Hamid pun mengirim surat ke Zainab.
Begitupun sebaliknya.
Sayang sekali. Baru beberapa kali saling berkabar setelah dua tahun
berpisah. Zaenab berpulang. Di Padang.
Hamid pun sakit-sakitan melakukan tawaf. Apalagi saat mendengar kabar
Zainab meninggal. Kondisinya makin buruk. Hingga akhirnya menyusul Zaenab ke
alam baqa setelah berdoa. Ia menghembuskan nafas terakhir di antara pintu
Ka'bah dengan Hajar Aswad.
Demikianlah kisah dua insan yang diceritakan Buya Hamka dalam novel berjudul
Di Bawah Lindungan Ka'bah.(*)