GAYA tulisannya kental dengan deskripsi. Naratif. Seperti novel. Tapi semuanya fakta. Tidak bosan membaca hasil liputan investigasi ini. Banyak menuliskan dialog yang jarang disampaikan dalam sebuah berita.
SAKSI KUNCI. Itulah judul yang disematkan oleh eks wartawan Tempo, Metta Dharmasaputra.
Buku setebal 446 halaman ini bercerita tentang kisah nyata perburuan Vincent, pembocor rahasia pajak Asian Agri Group.
Investigasi ini pun menjadi skandal pajak terbesar di Indonesia - setidaknya hingga buku ini diterbitkan 2013. Kerugian negara mencapai Rp 1,3 triliun.
Bukti transaksi fiktif perusahaan tersebut dalam rentang waktu 2002-2005 juga dilampirkan diakhir buku ini.
Awalnya saya tertarik dengan buku ini setelah membaca buku Jurnalisme Investigasi karya Dhandy Dwi Laksono. Dalam bukunya, producer film dokumenter Watchdog itu banyak mengambil contoh hasil investigasi Asian Agri Group ini.
Kebetulan saya berlangganan majalah Tempo secara digital. Saya mencari berita hasil investigasi itu. Ternyata liputannya berjenjang dan diterbitkan secara berangsur mulai 2007 hingga 2013.
Sela lima tahun lebih, Tempo menginvestigasi sekaligus diperkarakan oleh petinggi Asian Agri Group. Bukan hanya itu, Tempo juga disentimen oleh sejumlah media yang telah dibayar oleh Sukanto Tanoto.
Selain itu, pihak Sukanto Tanoto juga membayar akademisi kampus untuk membuat penelitian yang menyudutkan hasil liputan Tempo. Tidak sampai di situ, Pihak Sukanto Tanoto juga membayar kepolisian, kejaksaan, hingga mahkamah agung.
Hal tersebut yang membuat Sukanto Tanoto dan perusahaannya sulit untuk ditetapkan bersalah. Butuh waktu lima tahun lebih hingga masalah tersebut clear.
Hasil investigasi berangsur itu kemudian dibuat menjadi satu buku. Judulnya Saksi Kunci. Ada di Ipunas. Saya pinjam. Lalu membacanya.
Dalam proses investigasi Asian Agri Group itu, Metta menjelaskan secara detail metode dan cara yang dilakukan. Metode investigasi seperti document trail, people trail, hingga money trail. Semua dilakukan Metta
Hubungan setiap dokumen, orang, juga aliran uang dalam perusahaan itu. Dengan metode tersebut, Metta berhasil mengungkap skandal pajak Asian Agri Group yang dimiliki oleh Sukanto Tanoto.
Metta menceritakan secara detail awal mula mendapatkan informasi terkait skandal tersebut. Kemudian menginvestasi, menerbitkannya, hingga dampak yang dialami. Metta dan Tempo dilaporkan ke polisi, kemudian berperkara hingga ke pengadilan gegara investigasi itu.
Tekanan yang dialami begitu besar. Bagaimana tidak. Yang dihadapi atau yang diduga melakukan manipulasi pajak itu adalah orang terkaya di Indonesia, Sukanto Tanoto.
Awalnya, Metta mendapat informasi bocoran kasus penggelapan Asian Agri dari bekas bekas Group Financial Controller Asian Agri, Vincent pada 2006.
Vincent mengirim pesan itu ke email Tempo. Posisinya sedang berada di Singapura. Ia kabur dan bersembunyi di negeri singa itu karena bermasalah dalam pekerjaannya.
Berbekal dari pesan lewat email itu, Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Bambang Harymurti mengutus Metta Dharma Saputra untuk menemui Vincent di Singapura.
Dari sanalah Metta Dharma Saputra mendapat banyak data terkait dugaan penggelapan pajak oleh Asian Agri Group yang pemiliknya adalah orang terkaya di Indonesia Sukanto Tanoto.
Sebagai bekas Group Financial Controller Asian Agri yang mengelola aliran dana perusahaan itu, Vincent mengetahui secara detail aliran dana serta berbagai manipulasi untuk mengelabui petugas pajak.
Vincent kabur membawa data tersebut yang ukurannya kurang lebih 11 Gigabyte. Semua aliran dana perusahaan Asian Agri Group dalam rentang waktu 2002-2005 itu diberikan kepada Metta Dharma Saputra.
Berbekal data tersebut, Metta Dharma Saputra mulai melakukan investigasi. Data itu juga sempat diberikan kepada pegawai KPK. Namun, persoalan itu bukan ranah KPK. Sebab bukan tindak pidana korupsi. Melainkan masalah perdata yang menjadi tupoksi petugas pajak, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), juga Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Selain Tempo, Vincent juga memberikan bocoran data itu ke petugas negara itu untuk dilakukan penyidikan. Hingga petugas pajak pun menemukan tempat persembunyian berkas rahasia itu.
***
Dari hasil investigasi itu, dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki banyak uang, dapat dengan mudah bertindak sewenang-wenang. Mereka bisa memanipulasi pajak. Dengan pendapatan yang besar, tetapi membayar pajak sedikit. Bahkan tidak sama sekali.
Mereka yang memiliki banyak uang pun bisa membayar siapa saja. Termasuk petugas pajak, polisi, jaksa, hingga mahkamah agung.
Namun, bagaimana pun kesalahan itu disembunyikan, suatu saat bau busuknya pasti akan tercium. Bisa saja dari kelompok mereka sendiri yang tersakiti yang menyebarkan bau busuk itu. Seperti Vincent.
Begitupun dengan kekuasaan. Sepandai apapun jaksa, hakim, polisi, jika mereka bekerja tidak sesuai dengan aturan, tetap akan dikalahkan oleh fakta dan data.
Dari kisah Vincent dan Group Asian Agri yang ditulis Metta Dharmasaputra dalam buku Saksi Kunci ini, kita bisa belajar banyak hal.(*)