BEBERAPA hari lalu sempat mengikuti diskusi sharing kepemimpinan yang diadakan oleh KITA Bhinneka Tunggal Ika. Sebuah organisasi pendidikan perdamaian dan anti kekerasan di Kota Makassar.
Sharing kepemimpinan dengan tema What it takes to be a leader itu dipandu oleh Vassilisa. Ada dua pembicara yakni PMO Manager Maxima dan Faculty Member Pemimpin.id Tia Muhamad Reza.
Kedua Storyteller dan Founder Ayo Dongeng Indonesia Ariyo Zidni. Diskusi itu dipandu oleh Vassilisa.
Vass, sapaan akrab Vassilisa memulai dengan berbagai pertanyaan pengantar. Seperti pernah merasa tidak mampu jadi pemimpin?
Atau mungkin merasa harus punya banyak pengalaman baru bisa memimpin? Apa yang sebetulnya dibutuhkan untuk menggerakkan orang banyak?
"Mari dengarkan pengalaman dua pemimpin," katanya.
Secara bergantian Vas memberi pertanyaan kepada kedua narasumber itu. Mulai dari identitas pribadi, aktivitas, hingga pengalaman kepemimpinan yang juga dikaitkan dengan perdamaian.
Diskusinya seru dan banyak pembelajaran dari kedua narasumber. Tia banyak membahas tentang kepemimpinan yang tentunya sangat menarik buat saya.
Sementara Ariyo banyak membahas tentang mendongeng. Sebenarnya saya kurang berminat dalam hal mendongeng, sehingga perhatian saya agak kurang pada saat dia menjelaskan. Hehe sorry bang Ariyo. Tapi materinya tetap keren.
Tia banyak menjelaskan tentang self development dan leadership. Ia memiliki visi untuk terus menyebarkan nilai tentang kepemimpinan ke lingkungan sekitar.
Sebab, ilmu tersebut didapatkan dan sangat bermanfaat untuk pengembangan dirinya. Sehingga, ia juga ikut menyebarkannya. Salah satu caranya lewat organisasi pemimpin.id.
Pondasi kepemimpinan, kata dia, ada di dalam diri. Semua orang adalah pemimpin. Berhak memimpin orang lain. Tapi ada yang lebih utama adalah memimpin diri sendiri.
Kita tidak akan mampu memimpin orang lain jika memimpin diri sendiri saja belum mampu. Memimpin diri sendiri adalah menyadari kemampuan kita. Dimana kekuatan dan kelemahan. Mengetahui tujuan dan cara untuk mencapai tujuan itu.
"Pondasinya adalah kepemimpinan diri. Ada di dalam sendiri. Sebelum memimpin yang lebih besar adalah memimpin diri sendiri," kata Tia.
Bagi Tia, Self development menjadi dasar untuk jadi pemimpin di masa depan. Kepemimpinan diri perlu dikembangkan untuk memimpin orang lain.
Hanya mengenal diri sendiri tidak cukup untuk memimpin orang lain. Tapi juga harus mengenal orang lain. Minimal orang-orang yang kita pimpin.
Menurutnya, kepemimpinan itu bukan dilahirkan. Melainkan skill yang bisa dipelajari. Ada proses yang dilalui. Tidak serta merta bisa langsung jadi pemimpin.
Menjadi seorang pemimpin merupakan sebuah amanah. Dengan menjadi pemimpin, kita bisa membuat lebih banyak perubahan.
Tanpa menjadi pemimpin, sulit untuk membuat intervensi dengan baik di lingkungan. Bukan berarti tidak bisa. Tapi jika hanya pengikut yang ingin mengubah sesuatu di lingkungan, itu kecil dan cenderung lambat.
Beda halnya jika seorang pemimpin yang memiliki kewenangan dalam membuat kebijakan. Sehingga dapat dengan mudah melakukan intervensi sosial di lingkungan masyarakat ke arah yang lebih baik.
"Amanah sebuah karunia untuk mengintervensi sesuatu. Apalagi amanah yang diberikan menyangkut hajat banyak orang. Harus dimanfaatkan dengan baik," ujarnya.
Menjadi seorang pemimpin harus tahu apa dan dimana tujuannya. Pemimpin harus punya visi dan mengetahui cara untuk mencapai visi tersebut.(*)