SISTEM pengapian konvensional adalah salah satu jenis sistem pengapian yang paling sederhana dan pernah banyak digunakan pada kendaraan-kendaraan lama.
Meskipun saat ini telah digantikan oleh sistem pengapian elektronik yang lebih canggih, memahami sistem pengapian konvensional tetap penting sebagai dasar pemahaman tentang sistem pengapian secara keseluruhan.
Gambar sistem pengapian konvensional (source image: buku paket pemeliharaan kelistrikan kendaraan ringan). |
Fungsi Sistem Pengapian
Sistem pengapian pada motor bensin berfungsi mengatur proses pembakaran campuran bensin dan udara di dalam silinder sesuai waktu yang sudah ditentukan yaitu pada akhir langkah kompresi.
Agar busi dapat memercikkan bunga api, maka diperlukan suatu sistem yang bekerja secara akurat. Sistem pengapian terdiri dari berbagai komponen, yang bekerja bersama-sama dalam waktu yang sangat cepat dan singkat.
Komponen Utama Sistem Pengapian Konvensional
Sistem pengapian konvensional terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu:
1. Baterai
Baterai berfungsi sebagai sumber arus listrik. Menampung dan menyuplai arus listrik ke sistem kelistrikan pada kendaraan.
Baterai (source image: www.suzuki.co.id) |
2. Kunci Kontak
Kunci kontak berfungsi untuk memutus dan menghubungkan aliran listrik dari baterai ke sistem pengapian lainnya.
Kunci kontak (source image: radarlambar.bacakoran.co) |
3. Koil pengapian
Meningkatkan tegangan listrik dari 12 volt menjadi 5.000-25.000 volt. Karena tegangan baterai hanya 12 volt, sehingga tidak mampu mengeluarkan percikan api pada busi.
Koil pengapian (source image: otoblitz.net) |
4. Distributor
Distributor berfungsi untuk membagi dan menyalurkan arus tegangan tinggi dari koil pengapian ke busi sesuai urutan pembakaran dalam mesin. Untuk mesin yang menggunakan empat silinder, urutannya yakni 1-3-4-2.
Distributor (source image: www.gridoto.com). |
5. Kondensor
Kondensor berfungsi untuk membantu memutus arus listrik pada kontak platina dengan cepat.
Kondensor (source image: www.burtonpower.com) |
6. Platina
Platina berfungsi menghubungkan dan memutus arus primer agar terjadi induksi tegangan tinggi pada sirkuit sekunder sistem pengapian.
Platina (source image: buku paket pemeliharaan kelistrikan kendaraan ringan). |
7. Busi
Busi berfungsi meloncatkan bunga api listrik pada celah elektroda di ujung busi yang masuk ke dalam ruang bakar.
Busi (source image: buku paket pemeliharaan kelistrikan kendaraan ringan). |
8. Kabel-kabel
Menghubungkan komponen-komponen sistem pengapian.
Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional
Rangkaian sistem pengapian konvensional (source image: buku paket pemeliharaan kelistrikan kendaraan ringan). |
- Arus listrik dari baterai: Ketika kunci kontak diputar, arus listrik dari baterai mengalir menuju koil pengapian.
- Koil meningkatkan tegangan: Arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer koil akan menginduksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder.
- Distributor membagi tegangan: Tegangan tinggi dari koil kemudian dialirkan ke distributor. Distributor akan membagi tegangan tinggi tersebut ke busi sesuai dengan urutan langkah kerja mesin.
- Terbentuknya percikan api: Saat platina putus, medan magnet pada koil runtuh dan menghasilkan tegangan induksi yang sangat tinggi. Tegangan tinggi ini kemudian dialirkan ke busi melalui kabel busi, sehingga menghasilkan percikan api.
- Pembakaran campuran udara dan bahan bakar: Percikan api pada busi membakar campuran udara dan bahan bakar di dalam ruang bakar, menghasilkan tenaga dorong yang menggerakkan piston.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem pengapian menjadi bagian terpenting pada kendaraan pembakaran dalam. Tanpa pengapian, mesin tidak dapat hidup. Otomatis, kendaraan juga tidak dapat berjalan.
Titik awal mesin bisa hidup dan bergerak adalah pada sistem pengapian. Karena loncatan bunga api dari busilah yang mendorong piston bergerak dari titik mati atas (TMA) ke titik mati bawah (TMB).
Pergerakan naik turunnya piston ini kemudian memutar poros engkol yang selanjutnya diteruskan ke sistem pemindah tenaga seperti kopling, transmisi, poros propeller, gardan, poros axel, hingga ke roda sehingga kendaraan dapat berjalan.(*)